Sabtu, 31 Januari 2009

Diabetes Melitus

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit Diabetes Mellitus

1. Pengertian

Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolik kronis yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol yang dikarakterisa-sikan dengan hiperglikemia karena definisi insulin atau ketidakade-kuatan penggunaan insulin, (Engram, 1998).

Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berba-gai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektronik. (Mansjoer, 2001).

Diabetes mellitus adalah gangguan kronis yang ditandai dengan meta-bolisme karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan insulin. (Tucker, 1998).

2. Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes Mellitus dan gangguan toleransi glukosa (Tjokro Prawiro, 1999) :

a) Klasifikasi klinik

1) Diabetes Mellitus

(a) Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Tipe I)

(b) Diabetes Mellitus tak tergantung Insulin(Tipe II)

§ Tidak gemuk

§ Gemuk

2) Diabetes tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu :

(a) Penyakit pankreas

(b) Hormonal

(c) Obat atau bahan kimia

(d) Kelainan reseptor

(e) Kelainan gestional

3) Toleransi glukosa terganggu

1). Tidak gemuk

2). Gemuk

4) Diabetes Gestasional

b) Klasifikasi Resiko Statistik

1) Toleransi glukosa pernah abnormal

2) Toleransi glukosa potensial abnormal

3. Etiologi

Menurut Mansjoer dkk. (1999), etiologi penyakit Diabetes Mellitus adalah sebagai berikut :

a. Diabetes mellitus Tipe I (DMT I)

Diabetes Mellitus tipe ini disebabkan oleh deskripsi sel beta pulau langer haus akibat proses auto imun, sebab-sebab multi faktor seperti presdisposisi genetik.

b. Diabetes Mellitus Tipe II (DMT II)

Diabetes mellitus tipe ini disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin, resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insu-lin untuk merangsang pengambilan glukkosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak ada mau-pun mengimbangi resestensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi de-fisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insuin lain. Berarti sel beta pankreas mengalami desensetisasi terhadap glukosa.

4. Patofisiologi Diabetes Mellitus

a. Menurut Brunner dan Suddarth (2001), patofisiologi DM yaitu:

1). Diabetes Tipe I

Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk mengha-silkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa ter-jadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia post prandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal ti-dak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar : akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlabihan diekskresikan ke urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan pula. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami pening-katan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (Polifagia), akibat menurun-nya simpanan kalori, gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.

2). Diabetes Tipe II

Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yaitu yang berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gang-guan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan resep-tor khusus pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi sel resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demi-kian insuliin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengam-bilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuk-nya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insu-lin yang disekresikan pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun untuk mengimbangi peningkatan kebu-tuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.

5. Manifestasi klinik

Menurut Price (1995) manifestasi klinis dari DM adalah sebagai berikut :

a. DM tergantung insulin / DM Tipe I

Memperlihatkan gejala yang eksplosif dengan polidipsi, poliuri, polifagia, turunnya BB, lemah, mengantuk yang terjadi selama sakit atau beberapa minggu, penderita menajdi sakit berat dan timbul ketosidosis dan dapat meninggal kalau mendapatkan pengobatan dengan segera, biasanya diperlukan terapi insulin untuk mengontrol metabolisme dan umumnya penderita peka terhadap insulin.

b. DM tidak tergantung insulin / DM Tipe II

Penderita mungkin sama sekali tidak memperlihatkan geja-la apapun, pada hiperglikemia yang lebih berat, mungkin mem-perlihatkan polidipsi, poliuri, lemah, dan somnolen, biasanya tidak mengalami ketoasidosis, kalau hiperglikemia berat dan idak respon terhadap terapi diet mungkin diperlukan terapi in-sulin untuk menormalkan kadar glu-kosanya. Kadar insulin sendiri mungkin berkurang normal atau mungkin meninggi tetapi tidak memadai untuk mempertahankan kadar glukosa darah normal. Penderita juga resisten terhadap insulin eksogen.

6. Komplikasi

Komplikasi diabetes Mellitus adalah sebagai berikut (Mansjoer, 1999) :

a. Komplikasi akut

1). Kronik hipoglikemia

2). Ketoasidosis untuk DM tipe I

3). Koma hiperosmolar nonketotik untuk DM Tipe II

b. Komplikasi kronik

1). Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar, pem-buluh darah jantung, pembuluh darah tepi, dan pembu-luh darah otak

2). Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retino-pati diabetik dan nefropati diabetik

3). Neuropati diabetik

4). Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih

5). Ulkus diabetikum

Pada penderita DM sering dijumpai adanya ulkus yang disebut dengan ulkus diabetikum. Ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer. Ulkus terjadi karena arteri me-nyempit dan selain itu juga terdapat gula berlebih pada jaringan yang merupakan medium yang baik sekali bagi kuman, ulkus timbul pada daerah yang sering mendapat tekanan ataupun trauma pada daerah telapak kaki ulkus berbentuk bulat biasa berdiameter lebih dari 1 cm berisi massa jaringan tanduk lemak, pus, serta krusta di atas. Grade ulkus diabetikum yaitu :

1). Grade 0 : tidak ada luka

2). Grade I : merasakan hanya sampai pada permukaan kulit

3). Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang

4). Grade III : terjadi abses

5). Grade IV : gangren pada kaki, bagian distal

6). Grade V : gangren pada seluruh kaki dan tungkak bawah distal

Pengobatan dan perawatan ulkus dilakukan dengan tujuan pada penyakit yang mendasar dan terhadap ulkusnya sendiri yaitu :

Usahakan pengobatan dan perawatan ditujukan terhadap penyakit terhadap penyakit kausal yang mendasari yaitu DM.

Usaha yang ditujukan terhadap ulkusnya antara lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Pemberian luka dengan mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau larutan antiseptik ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganat 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril.

Alat-alat ortopedi yang secara mekanik yang dapat me-rata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka. Amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM

7. Penatalaksanaan

Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan keluahan atau gejala sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah komplikasi tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa. Penatalaksanaan pada diabetes melitus yaitu:

a. Perencanaan makan

Menurut Tjokro Prawiro (1999) Pada konsensus perkum-pulan endokrinologi indonesia (PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa :

Karbohidrat : 60-70 %

Protein : 10-15 %

Lemak : 20-25 %

Pada diet DM harus memperhatikan jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis makan yang harus dipantang gula.

Menurut Tjokro Prawiro,(1999) Penentuan gizi penderita dilakukan dengan menghitung prosentase Relatif Body Weigth dan dibedakan menjadi

1). Kurus : berat badan relatif : <90%

2). Normal : berat badan relatif : 90-110%

3). Gemuk : berat badan relatif : >110 %

4). Obesitas : berat badan relatif : >120 %

a). Obesitas ringan 120 – 130 %

b). Obesitas sedang 130 – 140 %

c). Obesitas berat 140 – 200 %

d). Obesitas morbid > 200 %

Rumus relatif body weigth :

Text Box:      BB (kg) 		        X 100 %  TB (cm) - 100

RBW =

BB : berat badan

TB : Tinggi badan

Keterangan :

Apabila sudah diketahui relatif body weigthnya maka jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM adalah sebagai berikut:

1). Kurus : BB x 40-60 kalori / hari

2). Normal : BB x 30 kalori / hari

3). Gemuk : BB x 20 kalori / hari

4). Obesitas : BB x 10-15 kalori / hari

b. Latihan jasmani

Dianjurkan latihan jasmani secar teratur 3-4 x tiap minggu selama ½ jam. Latihan dapat dijadikan pilihanadalah jalan kaki, joging, lari, renang, bersepeda dan mendayung.

Tujuan latihan fisik bagi penderita DM :

1). Insulin dapat lebih efektif

2). Menambah reseptor insulin

3). Menekankenaikan berat badan

4). Menurunkan kolesterol trigliseriid dalam darah

5). Meningkatkan aliran darah

c. Obat berkhasiat hipoglikemik

1). Sulfonilurea

2). Biguanid

3). Inhibitor alfa glukosidase

4). Insulin sensitizing agen

Indikasi penggunaan insulin pada DM Tipe I adalah sebagai berikut :

1). DM dengan berat badan menurun cepat

2). Ketoasidosis, asidosis laktat, dan hipoosmolar

3). DM stress berat (interaksi sistemik, operasi berat)

4). DM kehamilan

5). DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis maksimal atau ada kontra indikasi dengan obat tersebut.

d. Penyuluhan kesehatan

Penyuluhan kesehatan meliputi pengertian, penyebab, tanda geja-la, jenis atau macamnya, komplikasi, penatalaksanaan pada penderita DM.

B. Gambaran Umum Asuhan Keperawatan Klien Dengan Diabetes Mellitus

1. Pengkajian

Data pengkajian yang didapat dari pasien Diabetes Mellitus menurut Doenges (2000), adalah :

a. Aktifitas atau istirahat

Lemah, letih, sulit berjalan atau bergerak, kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur, takikardi, takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktifitas, letargi, koma.

b. Sirkulasi

Ada riwayat hipertensi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, takikardia, nadi yang menurun atau tidak ada, disritmia, hipertensi, kulit panas, kering, bola mata cekung.

c. Integritas Ego

Stress, tergantung pada orang lain, ansietas, peka rangsang.

d. Eliminasi

Perubahan pola kemih (poliuria), nokturia, kesulitan berkemih, ISK baru atau berulang, nyeri tekan abdomen, diare.

e. Makanan atau cairan

Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet, penurunan be-rat badan lebih dari periode beberapa hari atau minggu, haus, penggunaan diuretik. Kulit kering, turgor jelek, distensi abdomen, pembesaran tiroid, nafas aseton.

f. Neurosensori

Pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesia, gangguan pengli-hatan, disorientasi, mengantuk, letargi, koma (tahap lanjut), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).

g. Nyeri atau ketidaknyamanan

Abdomen yang tegang atau nyeri, wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat hati-hati.

h. Pernafasan

Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum

i. Keamanan

Kulit gatal, kering, kulit rusak, ada lesi, menurunnya kekuatan umum, paralisis otot termasuk otot pernafasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam).

j. Seksualitas

Impoten pada pria, sulit orgasme pada wanita, rabas vagina

2. Pemeriksaan Diagnostik

a. Glukosa darah meningkat 200-100 mg/dl atau lebih.

b. Keton positif, secara mencolok

c. Kadar lipid dan kolesterol meningkat

d. Natrium; mungkin normal, meningkat, atau menurun.

e. Kalium; normal atau peningkatan semu, selanjutnya akan menurun

f. Gas darah arteri; biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik).

g. Ureum dan kreatinin; mungkin meningkat atau normal

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien diabetes mellitus menurut Doenges (2000) adalah:

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, diare, muntah, mual

b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, status hipermeta-bolisme.

c. Infeksi, resiko tinggi terhadap sepsis berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi pernafasan yang ada sebelumnya atau ISK.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa atau insulin dan/atau elektrolit.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang, ketergan-tungan pada orang lain.

g. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

Sedangkan diagnosa keperawatan menurut Carpenito (2001) yang relevan dengan kasus, antara lain :

a. Mual berhubungan dengan efek antibiotik

b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan-jaringan sekunder akibat Diabetes Mellitus

c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

d. Manajemen regimen terapetik tidak efektif berhubungan dengan defisit pengetahuan

4. Perencanaan

Menurut Doenges (2000), perencanaan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah:

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, diare, muntah, mual

Tujuan:

Tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapilari refill, haluaran urin tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi:

1). Dapatkan riwayat pasien atau orang terdekat sehubungan dengan inten-sitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urin yang berlebih.

Rasional :

Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume cairan total.

2). Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik.

Rasional :

Hipoglikemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

3). Pantau suhu, warna kulit, atau kelembabannya

Rasional :

Demam dengan kulit yang kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dari dehidrasi

4). Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa

Rasional :

Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi.

5). Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urin.

Rasional :

Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan.

6). Ukur berat badan setiap hari

Rasional :

Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang se-dang berlangsung.

7). Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan melalui oral sudah diberikan

Rasional :

Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi

8). Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman

Rasional :

Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap pasien yang dapat menimbulkan kehilangan cairan.

9). Berikan terapi cairan sesuai indikasi

Rasional :

Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respon pasien secara individual

10). Pantau pemeriksaan laboratorium seperti; Hematokrit, kreatinin, osmo-lalitas darah, natrium dan kalium.

Rasional :

Mengkaji tingkat hidrasi, kerusakan sel, dehidrasi, dan diuresis osmotik

11). Berikan kalium atau elektrolit lainnya melalui IV dan/atau oral sesuai indikasi

Rasional :

Untuk mencegah hipokalemia

12). Pasang selang NG dan lakukan penghisapan sesuai indikasi

Rasional :

Mendekompresi lambung dan menghilangkan muntah

c. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.

Tujuan :

Klien mampu mencerna jumlah kalori yang tepat, menunjukkan tingkat energi biasanya, menunjukkan berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang yang diinginkan dengan nilai labora-torium normal.

Intervensi:

1). Timbang berat badan setiap hari

Rasional :

Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.

2). Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.

Rasional :

Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik

3). Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen, kembung, mual, muntah, muntahan makan yang belum sempat tercerna.

Rasional :

Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas lambung.

4). Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elek-trolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.

Rasional :

Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik

5). Identifikasi makanan yang disukai

Rasional :

Dapat dimasukkan dalam perencanaan makan dan diupayakan setelah pulang

6). Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi

Rasional :

Meningkatkan rasa keterlibatan, memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi klien

7). Observasi tanda-tanda hipoglikemia

Rasional :

Karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi

8). Kolaborasi pemeriksaan gula darah menggunakan “finger stick”

Rasional :

Analisa gula darah di tempat tidur lebih akurat dari pada memantau gula darah dalam urin

9). Pantau pemeriksaan laboratorium seperti glukosa darah, aseton, pH, dan HCO3

Rasional :

Gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol

10). Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan cara IV secara intermiten atau kontinyu.

Rasional :

Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.

11). Berikan larutan glukosa, misalnya dekstrosa dan setengah salin normal

Rasional :

Larutan glukosa ditambahkan setelah insulin dan cairan membawa gula darah kira-kira 250 mg/dl

12). Lakukan konsultasi dengan ahli diet

Rasional :

Sangat bermanfaat dalam penghitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.

c. Infeksi, resiko tinggi terhadap sepsis berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi pernafsan yang ada sebelumnya atau ISK.

Tujuan:

Klien akan mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi, mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi

Intervensi:

1). Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti kemerahan, adanya pus pada luka.

Rasional :

Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah men-cetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.

2). Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan klien termasuk kliennya sendiri.

Rasional :

Mencegah timbulnya infeksi silang.

3). Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif, pemberian obat intravena.

Rasional :

Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.

4). Pasang kateter/lakukan perawatan perineal dengan baik.

Rasional :

Mengurangi resiko terjadinya infeksi saluran kemih.

5). Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, massage daerah tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering, tidak berkerut.

Rasional :

Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan klien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit

6). Berikan tisu dan tempat sputum pada tempat yang mudah dijangkau untuk penampungan sputum atau sekret yang lainnya.

Rasional :

Mengurangi penyebaran infeksi

7). Bantu pasien untuk melakukan higiene oral

Rasional :

Menurunkan resiko terjadinya penyakit mulut/gusi

8). Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitifitas sesuai dengan indikasi

Rasional :

Untuk mengidentifikasi organisme sehingga dapat memberikan terapi antibiotik yang terbaik

9). Berikan obat antibiotik yang sesuai

Rasional :

Penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan/atau elektrolit.

Tujuan :

Klien dapat mempertahankan tingkat mental biasanya dan mengenali serta mengkompensasi adanya kerusakan sensori

Intervensi :

1). Pantau tanda-tanda vital dan status mental

Rasional :

Suhu yang meningkat dapat mempengaruhi status mental

2). Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya

Rasional :

Menurunkan kebingungan dan membantu mempertahankan kontak dengan realita

3). Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak mengganggu istirahat klien

Rasional :

Meningkatkan tidur, menurunkan rasa letih, dan memperbaiki daya pikir.

4). Pelihara aktifitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya

Rasional :

Memelihara klien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahan-kan orientasi pada lingkungan

5). Berikan tempat tidur yang lembut, pelihara kehangatan kaki/tangan, hindari terpajan air panas atau dingin atau penggunaan bantalan

Rasional :

Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan kemungkinan kerusakan kulit karena panas.

6). Bantu klien dalam ambulasi atau perubahan posisi.

Rasional :

Meningkatkan keamanan klien terutama ketika rasa keseimbangan dipengaruhi

7). Pantau nilai laboratorium seperti glukosa darah, osmolalitas darah, Hb/Ht, ureum kreatinin.

Rasional :

Ketidakseimbangan nilai laboratorium dapat menurunkan fungsi mental

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi.

Tujuan :

Klien mengungkapkan peningkatan tingkat energi, menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan

Intervensi :

1). Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktifitas. Buat jadwal perencanaan dengan klien dan identifikasikan aktifitas yang menimbulkan kelelahan.

Rasional :

Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun klien mungkin sangat lemah

2). Berikan aktifitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup

Rasional :

Mencegah kelelahan yang berlebih

3) Pantau nadi, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah sesudah/sebelum melakukan aktifitas

Rasional :

Mengindikasikan tingkat aktifitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis

4) Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat, dan sebagainya.

Rasional :

Klien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan

5) Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi

Rasional :

Meningkatkan kepercayaan diri yang positif.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang, ketergantungan pada orang lain.

Tujuan :

Klien akan mengakui perasaan putus asa, mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan, membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktifitas pera-watan diri.

Intervensi :

1) Anjurkan klien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan

Rasional :

Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan pemecahan masalah.

2) Akui normalitas dari perasaan

Rasional :

Pengenalan bahwa reaksi normal dapat membantu klien untuk memecahkan masalah dan mencari bantuan sesuai kebutuhan.

3) Kaji bagaimana klien telah menangani masalahnya di masa lalu.

Rasional :

Pengetahuan gaya individu membantu untuk menentukan kebutuhan terhadap tujuan penanganan.

4) Berikan kesempatan pada keluarga untuk mengekspresikan perhatiannya.

Rasional :

Meningkatkan perasaan terlibat.

5) Berikan dukungan pada klien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif.

Rasional :

Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

g. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan inter-pretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan :

Klien akan mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, menghu-bungkan tanda/gejala dengan proses penyakit dan faktor penyebab, melakukan peru-bahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.

Intervensi :

1). Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perha-tian, selalu ada untuk klien.

Rasional :

Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum klien berse-dia mengambil bagian dalam proses belajar.

2). Bekerja dengan klien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan

Rasional :

Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerja sama klien dengan prinsip-prinsip yang dipelajari.

3). Demonstrasikan cara pemeriksaan gula darah dengan mengguna-kan finger stick dan beri kesempatan klien untuk mendemonstra-sikan kembali.

Rasional :

Melakukan pemeriksaan gula darah oleh diri sendiri 4 kali atau lebih dalam setiap harinya memungkinkan fleksibilitas dalam perawatan diri, meningkatkan kontrol kadar gula darah dengan lebih ketat.

4). Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan cara untuk melakukan makan di luar rumah

Rasional :

Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu klien dalam merencanakan makan/mentaati program

5). Tekankan pentingnya pemeriksaan gula darah

Rasional :

Menciptakan gambaran nyata dari keadaan klien untuk melakukan kontrol penyakitnya.

6). Diskusikan faktor-faktor yang memegang peranan dalam kontrol DM tersebut, seperti latihan, stres, dll.

Rasional :

Meningkatkan pengendalian terhadap DM

7). Instruksikan pentingnya pemeriksaan secara rutin perawatan kaki

Rasional :

Mengurangi komplikasi yang berhubungan dengan neuropati perifer

8). Identifikasi sumber-sumber yang ada di masyarakat, bila ada.

Rasional :

Dukungan kontinyu penting untuk menopang perubahan gaya hidup dan meningkatkan penerimaan atas diri sendiri.

Sedangkan perencanaan menurut Carpenito (2001), yaitu:

a. Mual berhubungan dengan efek-efek antibiotik

Kriteria hasil :

Individu akan melaporkan mual mereda, menyebutkan makanan atau minuman yang tidak meningkatkan mual

Intervensi :

1). Jelaskan penyebab mual dan durasinya bila diketahui

2). Dorong pasien untuk makan sedikit, makan sering, makan dengan perlahan.

3). Singkirkan pemandangan dan bau yang tidak sedap dari area makan.

4). Instruksikan pasien untuk menghindari hal berikut: cairan panas atau dingin; makanan yang mengandung lemak atau serat, makanan berbum-bu, kafein.

5). Dorong klien untuk istirahat pada posisi semi fowler setelah makan dan mengganti posisi dengan perlahan.

6). Ajarkan teknik untuk mengurangi mual: hindari bau dan stimuli yang tidak mengenakkan; kendurkan pakaian sebelum makan; duduk di udara segar; hindari berbaring terlentang sedikitnya 2 jam setelah makan.

b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan-jaringan sekunder akibat Diabetes Mellitus

Kriteria hasil :

Individu akan mengidentifikasi faktor penyebab, untuk ulkus karena tekanan, mengidentifikasi rasional untuk pencegahan dan pengobatan, berpartisipasi dalam rencana pengobatan, yang dianjurkan untuk me-ningkatkan penyem-buhan luka, memperlihatkan kemajuan penyem-buhan ulkus dermis.

Intervensi :

1). Identifikasi tahap perkembangan ulkus dekubitus

2). Cuci area yang kemerahan dengan lembut menggunakan sabun ringan

3). Massase dengan lembut kulit yang sehat disekitar area yang sakit

4). Kaji status luka

5). Bersihkan jaringan nekrotik

6). Bilas dasar ulkus dengan cairan salin steril

7). Tutup luka dengan balutan steril

8). Pantau tanda klinis dari infeksi luka

c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

Kriteria hasil :

Individu akan mengidentifikasi kesukaan dalam aktifitas perawatan diri, mendemonstrasikan kebersihan optimal setelah bantuan dalam perawatan diberikan, berpartisipasi secara fisik dan/atau verbal dalam aktifitas pemberian makanan, mengenakan pakaian, ke kamar mandi, mandi.

Intervensi :

1). Kaji faktor penyebab

2). Tingkatkan partisipasi optimal

3). Tingkatkan harga diri dan penentuan diri

4). Evaluasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktifitas pera-watan

5). Beri dorongan untuk mengekspresikan perasaan tentang kurang perawatan diri

d. Manajemen regimen terapetik tak efektif berhubungan dengan defisit pengetahuan

Kriteria hasil :

Individu akan mengungkapkan ansietas berkurang tentang ketakutan karena ketidaktahuan, kehilangan kontrol, atau kesalahan konsepsi; menggambarkan proses penyakit, penyebab dan faktor penunjang; aturan untuk penyakit atau kontrol gejala

Intervensi :

1). Identifikasi faktor-faktor penyebab atau penunjang yang mengha-langi penatalaksanaan yang efektif

2). Bangun rasa percaya dan kekuatan

3). Tingkatkan percaya diri dan kemajuan diri yang positif

4). Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

5). Tingkatkan sikap positif dan keikutsertaan secara aktif individu dan keluarga.

6). Jelaskan dan bicarakan: proses penyakit, aturan pengobatan (diet, prosedur), rasional aturan, pengharapan (klien dan keluarga) atau aturan, efek samping aturan, perubahan gaya hidup yang diperlu-kan, metode untku memantau kondisi, sumber-sumber, dukungan yang tersedia, perubahan-perubahan lingkungan rumah yang diperlukan.

7). Jelaskan bahwa perubahan dalam gaya hidup dan kebutuhan belajat akan membutuhkan waktu untuk terintegrasi


DAFTAR PUSTAKA

Allen, C.V. 1998. Memahami Proses Keperawatan. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Carpenito, L. J. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Corwin, E. J. 2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC

Doenges, M. E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Greenspan & Baxter. 2000. Endokrinologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC

Mansjoer, A, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Sjaifoellah, dkk. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : Badan Penerbit FKUI

Soeparman. 1998. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Badan Penerbit FKUI

NANDA, 2005. Diagnosa Keperawatan: Definisi and Klasifikasi 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

Medicastore. 2004. Diabetes Mellitus. www.medicastore.com. Diakses tanggal 2 Agustus 2005

Depkes. 2005. Diabetes Mellitus Masalah Kesehatan Masyarakat yang Serius. www.depkes.go.id. Diakses tanggal 2 Agustus 2005

Widyawati, 2006, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan dengan Kriteria NOC, EGC, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar